SLEMAN MEMANG SEMBADA, TAPI BPBD SIDOARJO  TETAP PALING TANGGAP

BPBD SIDOARJO (08/12/16)

Masih dalam rangkaian ‘road show ngangsu kaweruh’, BPBD Sidoarjo akhirnya nyambangi Kabupaten Sleman yang sudah berpengalaman (sembada) dalam penanganan bencana khususnya erupsi Gunung Merapi dan Gempa bumi.

“Kami ingin belajar secara langsung, bagaimana menangani kondisi sewaktu ada erupsi Merapi dan gempa bumi yang menghantam Yogyakarta dan sekitarnya beberapa waktu yang lalu. Termasuk, manajemen bencananya, pengelolaan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) serta pengelolaan Pemadam Kebakaran (Damkar)nya. Hal ini, dimaksudkan agar kita (BPBD) semakin tanggap dalam melayani masyarakat”, tutur Dwidjo Prawito, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Sidoarjo, Kamis (8/12). Selain itu, bagaimana BPBD Sleman bisa bekerjasama dengan TNI-Polri serta instansi terkait dalam menangani bencana.

Sementara itu, Staf Ahli Bidang Pembangunan yang juga Pelaksana Tugas (Plt) BPBD Kabupaten Sleman, Kunto mengatakan bahwa di Sleman ada 7 (tujuh) ancaman bencana mulai dari banjir, erupsi Gunung Merapi, gempa bumi, tanah longsor, puting beliung dan kebakaran.

“Di Kabupaten Sleman, ada 7 (tujuh) ancaman bencana yang perlu mendapat perhatian serius, yaitu mulai dari banjir, erupsi Gunung Merapi, gempa bumi, tanah longsor, puting beliung dan kebakaran. Dan waktu itu, kita belum punya BPBD”, tutur Kunto.

Untuk itu, BPBD Sleman membuat semacam program ‘sister of village’, dimana desa yang rentan terdampak bencana bisa mengungsi di desa tetangganya yang terdekat. Termasuk program ‘sister of school’ dimana anak-anak yang terdampak bencana masih belajar di sekolah terdekat yang aman.

“Program ‘sister of village’ dan ‘sister of school’ menjadi andalan kami untuk masyarakat di daerah rawan bencana dan yang aman dari jangkauan bencana”, tegasnya.

Namun, ada juga masyarakat yang tetap enggan keluar dari desanya meski telah dibangunkan rumah di wilayah yang relatif aman dari jangkauan bencana. Untuk itu, rumah model ‘teletubbies’ menjadi ikon bagi korban bencana.

“Bagi mereka yang tetap tidak mau meninggalkan desanya karena masih adanya tali historis dengan tanah leluhurnya, terpaksa kita bangunkan rumah seperti rumahnya ‘teletubbies’ “, tegas Kunto.

Selain itu, BPBD Sleman juga menyiagakan ‘Early Warning System’ (EWS) bantuan asing serta menyiapkan ‘drone’ semacam helikopter mainan yang membawa peralatan kamera pengawas guna melihat kondisi dari dekat Gunung Merapi.

“Kita siapkan EWS dan ‘drone’ untuk memantau sumber yang pemicu bencana termasuk wilayah yang akan terkena dampak bencana”, tegasnya. (Anang/aw).